Cari Blog Ini

Rabu, 09 Maret 2011

Terumbu buatan (Artificial reef)

Terumbu buatan adalah ekosistem yang tersusun dari struktur benda-benda keras yang diletakkan di dasar perairan yang tidak produktif, dengan sifat-sifat yang berbeda satu sama lain (Mottet, 1981). Fungsi terumbu karang buatan adalah: (1) menyediakan substrat sebagai tempat organisme menempel; (2) meningkatkan kompleksitas habitat dengan menyediakan ruang vertikal tertentu; dan (3) mengubah pola arus dan gelombang (Black, 2001).

Terumbu buatan memiliki ciri khas, yaitu peningkatan biomassa ikan berasal dari spesies yang benar-benar menghabiskan sebagian besar siklus hidupnya dalam zona terumbu buatan. Hal ini berbeda dengan rumpon atau FAD (Fish Aggregating Devices) yang memperoleh peningkatkan produksi dari menarik perhatian ikan-ikan dewasa yang bermigrasi melewati daerah FAD untuk dipanen (Monttet, 1981).
Terumbu buatan pertama kali dikenal di Jepang sekitar tahun 1650 dalam bentuk timbunan batu di dasar laut (Nakamae, 1991) dan disebut “Tsuki Iso” yang artinya “timbunan batu pasir (Grove and Sonu, 1983). Semenjak itu penggunaan dan tipe kontruksi terumbu buatan meluas, terutama sejak Jepang memasuki masa modernisasi.

Budaya terumbu buatan ini pun muncul di seberang Pasifik, di Amerika Serikat pada tahun 1860 (Stone, 1985) berupa kontruksi pondok kayu tampa atap yang ditenggelamkan ke dalam laut untuk meningkatkan biomassa ikan. Selanjutnya penggunaan terumbu buatan meluas ke negara-negara yang memiliki potensi perikanan, khususnya perikanan laut.
Selanjutnya negara-negara berkembang pun mengikuti pola yang menguntungkan ini. Malaysia misalnya telah mengembangkan sistem ini sejak era 1990-an di mana para nelayannya menenggelamkan perahu kayu untuk menarik ikan (Wong, 1991). Filipina dan Thailand juga telah melaksanakan metode pengumpulan ikan ini dan telah memperoleh hasil yang memuaskan.
Sejalan dengan semakin menurunnya produksi perikanan, maka di negara-negara tersebut proyek terumbu buatan telah menjadi proyek skala nasional. Wong (1991) menyebutkan bahwa tujuan proyek ini adalah untuk :
a.       Meningkatkan produktivitas bologi dan sumberdaya perikanan daerah pesisir dengan cara menciptakan ekosistem laut yang berfungsi sebagai tempat pemulihan, bertelur dan berkembang biak bagi ikan dan biota laut lainya.
b.      Merehabilitasi dan melestarikan habitat laut yang telah terpengaruh kegiatan penangkapan ikan.
c.       Memacu upaya pemulihan, pelestarian dan peningkatan sumber daya perikanan pada daerah pesisir yang pada gilirannya meningkatkan hasil tangkapan nelayan tradisional pesisir yang memakai peralatan sederhana.
Banyak penelitian telah dilakukan untuk melihat seberapa jauh keberadaan terumbu buatan ini meningkatkan produksi perikanan di suatu tempat. Stone (1985) memperkirakan hasil biomassa sebuah terumbu ban di Florida sebesar 68 ton/km2, sementara Wong (1991) memperkirakan besarnya produksi terumbu ban di Selandia baru sebesar 68 ton/km2. Perkiraan hasil terumbu buatan di Jepang mencapai 16-20 kg/m3 per tahun.
Untuk memaksimumkan hasil terumbu buatan perlu dirancang bentuk dan bahan terumbu buatan yang sesuai dengan target yang ingin dicapai. Wong (1991) menyebutkan bahwa secara umum bahan yang digunakan harus: (1) tahan lama; (2) tidak mengeluarkan bahan kimia beracun di air; (3) murah dan mudah diperoleh; dan (4) mudah ditangani dan diangkut ke tempat tujuan.
Dari patokan di atas maka bahan-bahan yang selama ini telah digunakan kebanyakan berupa ban, konkret dan pipa PVC (Wong 1991). Disebutkan juga bahwa ban yang selama ini ditakuti mengandung racun bagi lingkungan sekitar ternyata tidak terurai dalam air laut dan tidak mengeluarkan racun kimiawi. Sebaliknya dia tidak menyarankan penggunaan mobil bekas atau kendaraan lain yang mengandung logam karena logam tersebut akan tereduksi oleh karat dan korosi dalam 4-6 tahun, sementara bahan kayu akan mudah dimakan oleh cacing laut dan mudah rusak karena gelombang dan arus.

Wong (1991) juga menyarankan penggunaan unit konkret karena bahan ini dapat dibentuk, disusun lebih kuat dan lebih besar, serta desainnya yang mampu menciptakan pengaruh optimum bagi sumber daya laut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar